Senin, 07 September 2009

social enterpreneur.,. gimana ya???

kutipan dari mentor said ahmad.,.

Social Entrepreneur di Aceh
Saturday, September 05, 2009 9:13 PM
Sebagai motor pengerak perekonomian, para entrepreneur memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan lapangan kerja sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Social entrepreneur atau bisnis yang berbasis social semakin populer setelah Dr Muhammad Yunus, pendiri Garmen Bank berhasil memberdayakan 6 juta nasabah Garmen bank untuk menjadi pengusaha kecil yang sukses kebayakan di antaranya adalah para wanita. Dunia international memberikan hadiah nobel perdamaian pada tahun 2006 atas dedikasi Muhammad yunus dalam memberantas kemiskinan dan penganguran di Bangladesh, sekaligus wujud pengakuan dunia terhadap pentingnya memerangi kemiskinan, pengaguran, ketimpangan social dan kelaparan di Dunia ini.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia yang diperkirakan akan mencapai 5 milliar pada tahun 2020. Kebutuhan manusia akan lapangan pekerjaan dan pangan akan terus meningkat yang dikwatirakan akan meninbulkan konflik-konlik baru dalam persaingan untuk mendapatkan factor-faktor produksi tersebut. Kehadiran social entrepreneur mampu menjadi solusi untuk menangani masalah kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, meingkatkan kesetaraan, dan meningkatkan ketahanan pangan. Inti dari Social entrprenuer ialah keberhasilan individu juga harus membawa keberhasilan masyarakat atau sukses seorang juga sukses untuk orang lain karena orentasinya bisnisnya ialah bersifat social (non profit) namun disisi lain juga sangat menguntungkan bagi pengusaha (profit oriented). Keberadaan bisnis social tidak selalu indentik dan tidak persis sama dengan yayasan dan bantuan amal semata namun bersifat lebih kompleks yaitu bagaimana menciptakan sebuah bisnis yang berdampak luas bagi kesejahteraan social namun disisi lain juga memberikan keuntungan bagi para pengusaha sebagaimana yang dipraktekan oleh Muhammad Yunus di Bangladesh melalui Garmeen bank.
Dalam konteks agama islam nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang muda yang sukses atau sekarang disebut entrepreneur. Beliau berhasil dalam perdagangan karena factor kejujuran dan ketekunan serta menjaga kepercayaan dari stockholder (pemilik perusahaan). Kisah Nabi Muhammad dalam melakukan perjalanan dagang dengan membawa barang dagangan Kahtijah mencermikan ideology, sikap, dan panutan sebagai seorang pedagang yang sukses , yang seharusnya menjadai panutan para entrepreneur muda di Aceh.
Dalam pelantikan pengurus Himpunan Pengusaha muda Indonesia (HIPMI) 2008-2011, Wakil Gubernur Aceh mengharapkan peran yang lebih besar dari para pengusaha muda yang memiliki kekuatan yang energik, motivasi dan inovasi untuk membuka lapangan kerja di Aceh dengan menciptakan bisnis yang sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh Aceh. (Serambi Indonesia, 4/09/09). Para entrepreneur muda diharapkan menjadi agen perubahan ekonomi di Aceh dengan 1). Melaksanakan cita-citanya mengubah dan memperbaiki nilai social, 2) membaca dan menemukan peluang-peluang bisnis yang menjaga kearifan local, 3), menciptakan pondasi ekonomi yang bertumpu pada kemandirian dan keadilan social. Untuk mencapai tujuan tersebut para entrpenuer di Aceh harus menjalankan perannya sebagai motor pengerak ekonomi dengan tindakan nyata di lapangan guna mengurangi angka penganguran dan kemiskinan dengan berprinsip pada 3 tujuan social entrpenuer di Aceh.
Pertama : menciptakan bisnis yang bersifat padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja di sector informal dan perdesaan. Statistic menunjukan bahwa angka kemiskinan tertinggi di Aceh berada di perdesaan sehingga para entrepreneurs harus membaca peluang bisnis yang ada di perdesaan seperti sector perkebunan, pertanian, peternakan, budidaya perikanan dan lain-lainya.
Kedua : melakukan kreasi dan inovasi dalam memproduksi barang, hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan pendapatan. Para entrepreneur harus mampu meperkenalkan pola, system dan metode baru dalam proses produksi sehingga mampu mengispirasi para petani, padagang dan lainnya untuk menerapkan motede baru tersebut. Contohnya pengunaan mesin pengilingan modern dalam proses pengilingan gabah di Aceh sehingga melahirkan beras yang lebih berkualitas, atau pengunaan pupuk organic dalam budidaya sayur-mayur organic di Aceh, atau membangun clean energy di Aceh dengan memudidayakan tanaman jarak sebagai bahan dasar energi listrik di perdesaan. Para entrepreneur muda harus mampu menemukan terobosan dan penemuan baru dalam system produksi seperti pemakian internet dan computer dalam proses perdagangan export dan Import.
Yang ketiga dan merupakan poin terpenting dari pelaksanaan social entrepreneurship di Aceh adalah meningkatkan kesetaraan (equality promotion). Karena dalam pelaksaan social entrepreneur para pembisnis tidak hanya memikirkan keuntungan pribadi semata namun lebih menitik beratkan pada pencapaian keuntungan secara maksimal dalam suatu komunitas masyarakat. Para pembisnis menjadi pioner penggerak yang membawa perubahan tidak hanya bagi dirinya sendiri namun bagi masyarakat sekitarnya sehingga dapat mengurangi ketimpangan social dengan semakin berkurangnya orang miskin di Aceh.
Untuk mewujudkan harapan tersebut tidaklah mudah dan membutuhkan dukungan semua pihak terutama pemerintah, perbankan dan dunia pendidikan. Pemerintah sebagai regulator ekonomi harus menunjukan keberpihakan pada sector usaha kecil dan menengah yang terbukti sebagai dewa penyelemat ekonomi ketika krisis ekonomi 1998. Keberpihakan pemerintah kepada para pengusaha muda dapat berupa kemudahan dalam pajak, isentif bisnis, jaminan bunga bank, bantuan teknis dibidang marketing, dan peran lainnya yang bersifat mengembangkan usaha para pengusaha termasuk menghapus birokrasi yang berbelit-belit dalam perizinan, serta kutipan liar yang membuat ekonomi biaya tinggi ( high cost economy) bagi pengusaha.
Dukungan perbankan dalam masalah pendanaan dan pembiayaan sangat dinantikan oleh para pengusaha muda di Aceh, sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarkat, perbankan juga memiliki fungsi yang lain yaitu menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Kecenderungan kredit perbankan selama ini lebih besar dialokasikan ke sector konsumtif harus dipertimbangkan kembali dengan mengupayakan proporsi kredit yang lebih besar ke sector investasi. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang di Aceh. Selain itu dunia pendidikan juga harus ikut andil dalam pembangunan social entrepreneur di Aceh dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis entrepreneurs sehingga lulusan universitas tidak hanya mampu bekerja namun juga mampu menciptakan lapangan kerja untuk dirinya dan masyarakat. Merubah paradigm mahasiswa sebagai pencari kerja menjadi mahasiswa sebagai pembuat lapangan kerja harus dimulai dari sekarang.
Perubahan di aceh harus dilakukan secara sistematis, srkutural dan terus menerus dengan menitik beratkan pada perubahan pola piker dan paradigma. Kita harus mempersiapkan para generasi muda aceh untuk menjadi pengusaha sebelum Gas Arun berhenti beroperasi dan Dana Otsus habis di Aceh.Ciri-ciri utama bangsa yang merdeka adalah bebas dan mandiri yaitu bebas dari kemiskinan, kebodohan, serta mandiri dalam setiap pengambilan keputusan politik dan ekonomi. Untuk mencapai tujuan dan cita-cita tersebut para pengusaha muda di Aceh ditantang untuk menjadi change maker yaitu individu yang membawa perubahan bagi dirinya dan lingkunganya. Dalam sebuah Hadish dikatakan Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain.
Said Achmad Kabiru Rafiie
Mahasiswa Master Economics Texas A&M University, USA
Dosen Universitas Teuku Umar, Meulaboh.
PEMERINTAH ADALAH MASALAH
Thursday, September 03, 2009 12:04 PM
Pemerintah adalah masalah.

Presiden Amerika Ronald Reagan dalam pelantikkanya sebagai presiden Amerika ke -33 tanggal 21 Januari 1981 mennyampaikan pidato pelantikan yang sangat terkenal dengan menyebut pemerintah adalah masalah, "Government is not the solution to our problems; government is the problem." Selama dua periode kepemimpinanya (1981-1989) ia menjalakan kebijakan reaganomics yang sangat terkenal yang berfokus pada pembangunan ekonomi pada sisi supplay (supply-side-economics) yaitu dengan memotong pajak untuk memacu pertumbuhan sector swasta dalam meningkatkan perekonomian dengan campur tangan pemerintah seminimal mungkin dalam kegiatan ekonomi. Kebijakan ini terbukti telah membawa pertumbuhan ekonomi yang gemilang di Amerika pada masa pemerintahannya dengan swasta (pengusaha) sebagai pilar utama pembangunan, inlflasi turun dari 12,5% pada masa presiden Jimmi Calter menjadi 4,4% selama pemerintahannya, sedangkan penganguran turun dari 7,1% menjadi 5,5%. Di sisi lain Reagan juga berhasil memenangkan perang bintang (star war) dengan uni-soviet tampa satu peluru pun yang ditembakan, yaitu dengan memacu perlombaan senjata dengan uni-soviet yang berakhir dengan amruknya uni soviet Karen defist anggran yang sangat besar.
Budaya birokrasi yang berbelit-belit, lambat dan tindak tanggap sering dikeluhkan oleh masyarakat sehingga dibutuhkan pihak lain yang mampu mengerakan pembangunan. Salah satu pihak yang sangat diharapkan perannya oleh masyarakat adalah swasta atau pengusaha atau saudagar istilah lainnya entrepreneur. Sering kali program pemerintah gagal sebelum dilaksanakan contohnya Program pengemukan sapi di Nagan Raya yang ternyata sapinya sudah sakit-sakitan dan tidak layak untuk di budidayakan, (Serambi Indonesia, 20/08/09). Sedangkan saat ini rakyat aceh sangat membutuhkan pekerjaan dan keluar dari garis kemiskinan, kekwatiran terhadap ledakan penganguran di Aceh merupakan hasil survey dari Aceh institute dan ILO, baca rafiie “Booming Pengaguran di Aceh (Serambi Indonesia 18/7/2009). Sedangkan sulitnya masyarakat aceh keluar dari penyakit kronis kemiskinan seperti yaag ditulis saudara hendra “mental miskin (Serambi Indonesia 27/08/09) dan Ibu Asna yang mengungkapkan sisi social masyarakat Aceh yang mulai terjangkit penyakit memudarnya rasa malu. (Serambi Indonesia,27/08/09).
Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh sangat terganggu dan mengalai kontraksi selama konflik 30 tahun lebih dan diperparah lagi dengan musibah tsunami tahun 2004 yang telah mengakibatkan mati surinya pembangunan di Aceh. Selama konflik banyak pengusaha di aceh yang memindahkan bisnisnya ke tempat lain dan atau menunda melakukan investasi di Aceh karena khawatir akan factor keamanan dan kelangsungan usahanya. Selama tahun 2004-2008 alokasi kredit bank yang diserap oleh sector investasi hanya berkisar diantara 10-15% bandingkan dengan penyerapan kredit bank disektor konsumsi yang berkisar di antara 55-60%, hal ini memcerminkan bahwa gairah sector swasta untuk melakukan expansi usaha sangat rendah di Aceh selama 4 tahun terakhir.
Akibat dari rendahnya gairah sector swasta dalam melakukan investasi baru dan perluasan usaha sedangkan disisi lain pemerintah daerah juga stagnan atau jalan ditempat dalam melaksanakan program-program untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan ialah tercermin dalam laporan statistic yang menunjukan komposisi masyarakat miskin tidak berubah dari tahun ke tahun, begitu juga angka penganguran di Aceh yang masih tetap tinggi dari rata-rata nasional. Aceh poverty rate masih berada di level 26,7% sedangkan nasional 16,6%, disisi lain ada 15,000 orang yang masih membutuhkan pekerjaan. (Aceh Economic update, 2008).
Wacana pemekaran wilayah Aceh menjadi tiga provinsi kembali berhembus kencang terutama ketika kritik yang dilontarkan oleh bupati Aceh Jaya dan Bupati Nagan Raya yang dirangkul dalam tulisan “pola komunikasi gubernur” (sdr Halim, Serambi Indonesia, 3/09/09). Pertanyaannya apakah pemekaran wilayah adalah sebuah jawaban terhadap masalah utama di Aceh yaitu penganguran dan kemiskinan serta keterbelakangan?, kemiskinan dan penganguran tidak hanya terjadi di Aceh bagian barat namun di timur dan di tengah. Atau jangan-jangan wacana pemekaran wilayah hanya sekedar untuk memuaskan syahwat para petinggi dan elit politik di daerah yang berebut berbagi kue politik apabila terbentuknya provinsi baru.
Keinginan utama masyarakat bukanlah sebuah pemekaran yang hanya menjadi ajang bagi-bagi kekuasaan, yang akan menjadi masalah di kemudian hari yang seperti presiden Reagan katakan “bahwa pemerintah adalah masalah”, karena apabila pemekaran di bentuk di Aceh dan kemudian sebagian alokasi dana digunakan untuk membangun kantor pemerintahan yang baru, membeli mobil dinas, mengangkat para kepala dinas baru, membentuk dinas baru, membayar gaji pegawai baru dan lain-lain yang tidak akan meneteskan pembangunan dan tidak berdampak langsung kepada masyarakat yang tinggal di pelosok beutong ateh di Nagan Raya, pelosok bate meutotoh di Aceh Jaya, pelosok desa di Aceh singkil atau seberang lautan Siemeulu. Apakah ada arti sebuah pemekaran?
Masyarakat perlu pemerintah yang tidak korup yang menjadi pelayan masyakarat bukan sebaliknya menjadi sosok yang rakus dan kanibal pemakan uang rakyat. Mimpi seorang petani dan nelayan amat sederhana yaitu bagaimana hidup untuk besok. Sedangkan mimpi para birokrat kita adalah apa yang kita makan dalam setahun ini, proyek man yang kan kita mabil fee, sebuah ironi!. jadi pantas apabila keberadaan KPK di Indonesia belum berdampak signifikan dalam mengeser posisi kita sebagai Negara terkorup nomor 3 Dunia selama culture dan paradigm birokarsi kita belum berubah. Birokrasi adalah aparatur yang digaji oleh Negara yang notabenya memakai uang rakyat dari hasil membayar pajak. Birokarsi di bentuk untuk melayani rakyat atau dengan kata lain birokasi adalah pekerja yang digaji oleh rakyat untuk memudahkan urusannya.
Aceh butuh lebih banyak peran Entrepreneur
Ketika harapan masyarakat Aceh kepada pemerintah memudar dan semakin kurang percaya rakyat terhadap kemampuan pemerintah untuk mengatasi dua masalah pokok di Aceh yaitu penganguran dan kemiskinan, Peranan swasta sangat di harapkan. Para entrepreneur dengan skill dan kemampuan yang dimiliki diharapkan mampu mengabil peran yang lebih besar dengan melakukan invsetasi di Aceh. Para entrepreneur diajak untuk membaca peluang bisnis di Aceh terutama di sector agroindustri. Sebagai daerah yang memiliki kekayaan alam yang sangat potensial, Aceh sangat cocok untuk dikembangkan sebagai daerah agro industry yang mampu menghasilkan ketahanan pangan baik secara domestic mampun local. Sebagai contoh dengan tingginya harga minyak dunia dan kampanye dunia dalam pengunaan energy alternative, di masa yang akan datang, budidaya tanaman jarak, tebu dan kelapa sawit sebagai bahan dasar biodiesel sangat menguntungkan secara bisnis, begitu juga peluang bisnis di sector perternakan perikanan, seperti pengemukan sapi di Aceh untuk menurunkan harga daging di Aceh, serta budidaya lobster dan ikan tawar untuk diespor ke manca negara. Semua potensi investasi ini sangat menjanjikan keuntungan kepada investor local, domestic, dan asing untuk melakukan investasinya di Aceh.
Harus di akui bahwa semua bisnis adalah pengambilan risiko untuk memperoleh keuntungan dengan konsep cost \and benefit dan dengan prisip high risk, high return. Namun dengan studi bisnis yang cermat, ketekunan dan kesabaran, para entrepreneur di Aceh mampu untuk menciptakan setiap tantangan menjadi peluang bisnis. Sesuai dengan estimasi perkembangan populasi dunia yang diperkirakan akan mencapai angka 5 miliar penduduk di tahun 2020, maka kebutuhan akan pangan juga akan semakin meningkat.
Investasi para pengusaha di Aceh adalah sebuah jalan untuk menyerap tenaga kerja dan mereduksi angka kemiskinan di Aceh, yang akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat secara menyeluruh dan berkelanjutan. Saat ini peran dan kiprah swasta dengan inovasi dan kreasinya di Aceh telah lama ditunggu oleh masyarakat yang hidup dengan gulatan kemiskinan di pelosok desa dan mahasiswa yang masih mengangur, memegang izajah melamar kerja dimana-mana.
Sejarah peran para pengusaha Aceh zaman kemerdekaan sangat luar biasa dengan sukarela mereka memberikan sumbangan dua pesawat terbang kepada republic Indonesia yang baru lahir, merupakan sebuah bukti akan peran mereka yang sangat penting. Para pengusaha dan saudagar aceh juga terkenal sampai ke manca Negara sebut saja di Arab Saudi yang mendirikan yayasan baitul asyi yang telah memberikan jamaah haji Aceh uang inveatsi 3-4 juta perjamah dari wakaf pengusaha Aceh zaman dahulu.
Aceh membutuhkan para saudagar saudagar seperti masa lalu yang mampu menjadikan aceh sebagai Bandar dagang dunia. Masyarakat menanti lahirnya para saudagar dan kiprah yang lebih besar dalam mengangkat harkat dan martabat rakyat miskin di Aceh karena sejak endatu dulu kita terkenal sebagai para pedagang lada, kopi, cengkeh, kakao, dan tembakau sukses dan terbaik dunia.
Kisah Bill Gate, Dell, Disney, Wall Mart, dan sederetan orang kaya dunia yang berhasil menjadi pengusaha dunia yang memperkerjakan ribuan orang diseluruh dunia dan membayar pajak miliar dollar kepada pemerintah merupakan sebuah renungan dan motivasi untuk para saudagar/entrepreneur kita di Aceh untuk mencapai kampiun dunia. Karena bukan mustahil 10 tahun kedepan kita juga bisa menjadi seperti mereka dengan kerjakeras, dan semnagat yang tidak patang menyerah. Karena kita pemerintah tidak bisa kita harapkan lagi untuk menyelesaikan masalah ekonomi, saatnya para pengusaha muda bangkit untuk menyelesaikan masalah ekonomi di Aceh untuk kehidupan generasi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga!

Said Achmad Kabiru Rafiie
Mahasiswa master Economics Texas A&M University, USA
Dosen Ekonomi Universitas Teuku Umar