Selasa, 07 April 2009

3 V= verbal, vocal,visual

Bagi yang sudah ikut pelatihan Selling Magic, pasti masih ingat pada teknik 3 V, yakni Verbal, Vocal, Visual. Yakni melipatgandakan kekuatan kata-kata dengan menggunakan 3 V sekaligus : Verbal (pilihan kata-kata yang tepat), Vocal (intonasi), dan Visual (bahasa tubuh).

Film Mr. Bean menunjukkan pada kita mengenai komponen Visual (bahasa tubuh), nah bagaimana dengan komponen Vocal (intonasi) dalam penyampaian pesan?

Coba kita ingat saat-saat kita pacaran, lantas pasangan kita kelihatan merajuk. Sebagai pacar yang baik kita berusaha memperbaiki situasi dengan bertanya padanya “Lho, kamu kenapa kok cemberut gitu say….?” Lantas pacar kita menjawab “Nggak kenapa-napa kok!!!”. Nah lu!

Secara verbal, ia mengatakan gak kenapa-napa, tapi anda menyadari bahwa ia marah dari dua hal, pertama bahasa tubuhnya kelihatan merajuk, dan intonasi suara yang dipergunakan kedengaran ketus atau judes.

Pada saat itu tanpa kita bisa menilai seberapa marah pacar kita berdasarkan judesnya intonasi yang dipakainya. Jika dalam perhitungan kita intonasinya masih wajar, maka biasanya dibiarkan saja. Di sinilah terasa bahwa intonasi amat berperan dalam membentuk makna.

BAHASA TUBUH DALAM PENJUALAN
Bagi seorang penjual / frontliner sangatlah penting untuk menguasai ilmu bahasa tubuh dalam meningkatkan jumlah penjualannya. Setidaknya ada dua kegunaan mempelajari bahasa tubuh :

1. Perbaiki bahasa tubuh kita selaku frontliner, agar lebih persuasif.
2. Amati bahasa tubuh calon customer untuk bisa membaca pikirannya.

Bahasa tubuh harus dipergunakan secara selaras dengan kata-kata yang digunakan. Misalnya, saat menjelaskan suatu produk tangannya bergerak-gerak tidak beraturan sama sekali. Gerakannyapun tidak ada konsistensi, kadang ia menjelaskan sesuatu dengan tangan kanan, sejurus kemudian saat menjawab pertanyaan mengenai hal sama ia mempergunakan tangan kiri. Lambat laun pembeli akan cenderung mengabaikan gerakan tangannya, karena terlihat tidak ada relevansi dengan pesan. Artinya si frontliner tengah menyia-nyiakan kegunaan dari alat komunikasi yang dahsyat ini.



Salah satu teknik rahasia NLP ada yang disebut sebagai subtle pointing , yang berarti menunjuk secara tidak kentara. Yakni pada saat kita bicara segala sesuatu yang baik, hebat, menarik, positif, dan seterusnya, maka gunakan salah satu jari tangan Anda untuk menunjuk objek yang dijual. Nah, cara menunjuknya harus terlihat seperti tidak sengaja (unintended) dan tidak terlalu kentara. Tekniknya dengan cara mata kita tidak melihat tangan kita yang sedang menunjuk, dan gerakan tangan seperti mengalir wajar saja.

Akibat teknik itu, pikiran bawah sadar calon pembeli akan mengenali adanya asosiasi antara kata bagus, baik, hebat dan seterusnya itu dengan produk kita. Ingat di sini kita menggunakan komunikasi bawah sadar, bukan komunikasi dengan pikiran sadar. Sebab kalau kita menggunakan komunikasi sadar, maka pembeli akan mikir “… terang aja Lu bilang bagus, lha yang jual juga Lu sendiri”. Kalau kita memakai komunikasi sadar, maka yang dilakukan sebaliknya, tangan kita akan menunjuk dengan jelas pada produk yang kita jual sambil mengatakan Produk yang ini bagus pak, keren…, dan seterusnya….

INTONASI DALAM PENJUALAN
Semua dari kita pernah mengalami peristiwa yang mengesankan, yang membuat antusias untuk bercerita pada orang lain. Nah, coba diingat-ingat bagaimana cara kita menceritakan peristiwa yang berkesan dan membuat antusias? Ciri termudah yang kita kenali adalah dari intonasi yang kita gunakan, biasanya kitapun akan menceritakan dengan nada bersemangat, antusias, meledak-ledak penuh penekanan di sana sini.

Kadang saya merasa aneh saat melihat seorang frontliner yang tengah menjelaskan suatu produk secara monoton, suara lemah dan datar. Entah ia sudah capek jualan, mungkin dia cuman karyawan yang bekerja terpaksa daripada nganggur, atau yang lagi kesal ama bossnya. Namun saya sering ketemu sikap seperti itu juga yang dilakukan oleh penjaga yang sebenarnya adalah pemilik toko itu sendiri. Aduh kasian deh, saya jadi ingat pepatah China kuno Jika nggak bisa senyum jangan buka toko.

Saat seorang pembeli minta informasi produk pada frontliner, dan dijawab dengan datar, lemah, monoton, maka pembeli akan menangkap pesan bahwa penjual sendiri juga punya perasaan datar, bosan dan tidak tertarik pada produk itu. Ingat suatu motto dalam NLP: We go first! , yang artinya Kita yang lakukan lebih dulu, baru orang lain akan mengikuti. Jika kita ingin pelanggan semangat dan antusias pada produk, tunjukkan bahwa kita antusias pada produk.

Intonasi yang kita gunakan saat mempromosikan suatu produk haruslah mencerminkan situasi bahwa produk ini bagus, menarik untuk dimiliki, rugi jika nggak membeli. Proyeksikan kesan itu dalam intonasi suara anda. Berlatih mengenali seperti apa intonasi suara yang akan membuat pendengar Anda berpikir kata-kata itu penting, intonasi yang membuat pelanggan lebih percaya dan seterusnya.

Sebagai penutup, sejarah mencatat, Bung Karno tokoh kharismatis dan diangggap memiliki bakat berbicara, ternyata saat masih muda di Bandung berlatih berpidato di depan cermin. Jadi tidak ada orang dilahirkan langsung bisa menjual, rajin berlatih akan menjadikan kita mendekati kesempurnaan. (Ronny FR)

Go Youth Enterpreneur.,.
salam dahsyat luar biasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar